MAKALAH SENI ANYAM
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Seni Anyaman Bambu”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata pelajaran seni budaya dan berkeinginan untuk membantu
para pembaca lebih mudah memahami mengenai bab seni rupa, terutama pada sub bab
seni anyaman.
Kami sangat sadar, makalah ini
tidaklah sempurna, kami minta maaf apabila terdapat kesalahan pada setiap
bagiannya, karena kami masih dalam proses pembelajaran.
Saya
berharap dibalik adanya makalah yang jauh dari sempurna ini, tersimpan
manfaat ataupun hikmah yang dapat dipetik untuk dijadikan pembelajaran hidup
bagi penulis dan pembaca.
Gresik, 04 Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.I
Latar Belakang Masalah
Indonesia
merupakan negara yang memiliki budaya yang sangat beranekaragam, ini merupakan
daya tarik tersendiri yang dimiliki Indonesia. Kebudayaan yang timbul merupakan
kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun, yang dapat dikatakan sebagai
kearifan lokal, kebudayaan yang terdapat
di Indonesia memiliki karakter yang berbeda sesuai adat dan aturan yang berlaku
di masyarakat, Salah satu tradisi budaya yang telah berkembang secara
turunntemurun yaitu adalah kerajinan anyaman, anyaman merupakan suatu produk
yang dihasilkan dari kegiatan mengatur bilah-bilah seperti pandan, bambu, dan
bahan lainnya tindih menindih atau silang
menyilang.
Seni anyam
sudah ada sejak dahulu kala, hingga sekarangpun masih akrab dalam kehidupan
masyarakat. Bahkan hampir di seluruh nusantara terdapat home industri pengrajin
barang anyam-anyaman. Maka bisa dikatakan seni anyam termasuk kategori warisan
budaya yang harus dilestarikan.
Menurut
beberapa sumber keterampilan anyaman masuk ke Indonesia sejak beberapa ribu
tahun lalu, ketika migrasi besar-besaran
penduduk dari dataran Asia Tengah menuju ke Nusantara, keterampilan itu
terus berlanjut hingga sekarang. Di beberapa tempat di Indonesia anyaman
berkembang menjadi suatu komoditas yang menjanjikan, namun beberapa sumber
mengatakan bahwa anyaman merupakan kebudayaan asli bangsa melayu, termasuk
Indonesia, tanpa adanya pengaruh dari dunia luar. Di wilayah Jawa Barat
tepatnya kecamatan Rajapolah, merupakan
komoditas yang berharga, karena kebanyakan penduduknya merupakan pengrajin
anyaman yang hidup dari menganyam, sehingga Rajapolah berkembang menjadi salah
satu sentra Industri anyaman
Selama
bertahun-tahun Rajapolah telah menjadi ikon pariwisata dan belanja cinderamata
di daerah Tasikmalaya, jenis anyaman Rajapolah terbagi menjadi 3 jenis yaitu
mendong, pandan, dan bambu, setiap anyaman memiliki karakteristik dalam teknik
pembuatannya maupun motifnya. Motif anyaman Rajapolah merupakan motif yang 2
dipercayai merupakan motif yang dibuat oleh suku Sunda, contohnya saja pada
bambu, motif anyaman bambu yang beredar di masyarakat Rajapolah sama dengan
motif-motif yang beredar di Suku Sunda pada daerah lain, seperti Garut dan
Cirebon hanya saja beberapa anyaman memiliki panggilan yang berbeda walaupun
bentuknya sama, ini dipengaruhi oleh adat istiadat yang berkembang di
Masyarakat, keadaan alam dan status kekerabatan pada suku Sunda yang mendiami
suatu daerah.
Dalam
perkembangan anyaman, tidak adanya pewarisan formal ilmu menganyam dan kurangnya
dokumentasi mengenai pola anyaman di Rajapolah merupakan salah satu bukti
kurangnya pelestarian dan kecintaan kita terhadap budaya Indonesia. Banyak
pengrajin membuat motif anyaman hanya karena mengejar keuntungan, banyak sekali
motif anyaman Rajapolah yang tata cara penamaannya didapat dari mengarang nama
saja, sehingga banyak motif anyaman Rajapolah dengan bentuk yang sama, beredar
dalam satu tempat, tapi memiliki nama yang berbeda. Jika hal ini dibiarkan maka
anyaman Rajapolah tidak memiliki karakteristik dan ciri khas, sehingga tidak
menutup kemungkinan anyaman Rajapolah hanya akan menjadi sesuatu yang biasa,
dan hal ini mungkin akan menjadi suatu masalah di kemudian hari seperti batik
yang diklaim oleh negara lain karena menjadi sesuatu yang biasa bagi kita.
1.II Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas
adalah :
1.
Apa pengertian seni anyaman bambu
2.
Bagaimana sejarah anyaman bambu
3.
Bagaimana proses pembuatan anyaman bambu
4.
Bagaimana perkembangan anyaman bambu pada saat ini
5.
Apa jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
6.
Mengapa bambu digunakan dalam anyaman
7.
Apa teknik teknik untuk menganyam
8.
Apa contoh contoh anyaman bambu
1.III Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian anyaman bambu
2.
Mengetahui sejarah anyaman bambu
3.
Mengetahui proses pembuatan anyaman bambu
4.
Mengetahui perkembangan anyaman bambu di saat ini
5.
Mengetahu jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
6.
Mengetahui alasan bambu digunakan dalam menganyam
7.
Mengetahui teknik teknik menganyam
8.
Mengetahui contoh contoh anyaman bambu
1.IV
Sistematika
Penulisan
Untuk memberikan gambaran tentang
haji dan umrah, maka penulis telah menyusun sistematikanya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini penulis memberikan
gambaran secara umum mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
makalah, sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada bab ini diuraikan isi dari
makalah ini, diantaranya adalah pengertian, sejarah, proses pembuatan,
perkembangan, jenis jenis bambu, daerah pengrajin anyaman bambu, contoh – contoh,
motif anyaman bambu.
Bab III Simpulan
Pada bab ini berisikan simpulan yang
didapat dari hasil pembahasan materi seni anyaman bambu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Seni Anyaman Bambu
Seni anyaman bambu adalah proses menyilangkan bahan-bahan daripada
tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan.
Bahan-bahan tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi, rotan, bambu, akar, buluh,
pandan, mengkuang, jut dan sebagainya. Bahan ini biasanya mudah dikeringkan dan
lembut.
B.
Sejarah Seni Anyaman Bambu
Motif
anyaman adalah bukti kekayaan tradisi Indonesia. Motif anyamn muncul karena
adanya seni menganyam bamboo akan menjadi barang-barang kerajinan. Kerajinan
anyaman bamboo akan menghasilkan yang berbeda. Semua motif yang muncul
tergantung dari bentuk anyaman bamboo yang dibuat.
Keahlian
menganyam disebut sebagai keahlian asli orang melayu. Pendapat ini diperkuat
dengan ditemukannya tembikar dan tempat tinggal yang terbuat dari anyaman.
Sejarah
anyaman di Indonesia, merupakan masalah yang masih diperdebatkan sampai
sekarang. Ada 2 teori mengenai awal mula masuknya keahlian menganyam di
Nusantara. Teori pertama adalah menganyam merupakan keahlian asli dari orang
melayu termasuk Indonesia, teori ini diperkuat dengan ditemukannya tempat
tinggal dan tembikar yang terbuat dari anyaman. Hal ini tidak dimiliki di
daerah lainnya, ada beberapa fakta mengenai.
- Pada
jaman dahulu anyaman merupakan pekerjaan para wanita, dan bukan sebagai
mata pencaharian, namun sebagai pengisi waktu senggang.
- Seseorang
wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia
tidak mahir dalam seni anyaman.
- Anyaman
dahulu hanya alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai hadiah, dan sebagai
kemasan sebagai hantaran saat berkunjung pada sahabat atau keluarga.
- Beberapa
anyaman dibuat dengan bentuk yang sangat besar, yang digunakan sebagai
alat saat bepergian untuk menyimpan pakaian barang dagangan, serta pada
jaman penjajahan digunakan untuk menyimpan senjata yang akan
diselundupkan.
Menurut
sejarah, para pengikut Sunan Gunung Jati mengajarkan berbagai kerajinan tangan untuk menarik minat masyarakat untuk memeluk Islam,
ternyata dengan cara ini perkembangan Islam sangat pesat hingga tersebar di
Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ki Tegalmantra (murid Sunan Gunung Jati) yang telah
mengajarkan teknik anyam-anyaman kepada masyarakat Cirebon.
Bahkan
Desa Tegalmantra dan Tegalwangi tempat dimana Ki Tegalmantra menyebarkan agama
Islam, dikenal sebagai sentra industri kerajinan anyaman terbesar di Jawa. Di
daerah Jawa Barat daerah Rajapolah, Tasikmalaya, dan Garut merupakan
penghasil dari kerajinan anyaman yang dikenal oleh wisatawan domestik dan
internasional.
C.
Proses Pembuatan Anyaman Bambu
Pengolahan
bambu
untuk anyaman adalah dengan menebang pohon bambu, kemudian diraut dan
dihaluskan baik kulit maupun isi, lalu dikerigkan dan kemudian dianyam. Bambu
yang sudah diolah dapat dipergunakan untuk membuat apa yang diinginkan
perajin,seperti pembuat raga dan peralatan menangkap ikan seperti lukah, belat,
sangkar/sangkar ayam,sangkar burung, penampi bersa dan sebagainya.
Disamping
itu, cara pembuatan anyama bambu yang lain, yang merupakan inovasi produksi
perajin adalah
·
Bambu yang dipergunakan adalah bambu dewasa berukuran besar dan sama panjang
ruasnya.
·
Dilakukan pembekahan atau dibelah dan diserut hingga tipis lalu dijemur hingga
kering
·
Bambu yag tipis dibetuk dengan meganyam dan diikat dengan rotan yang sudah
diraut halus
·
Pekerjaan akhir adalah memberi zat pengkilat dengan meggunakan vernis atau
pelitur
Di
Kabupaten Kuantan Singigi anyaman bambu ini sudah dikembagkan sebagai suatu
usaha kerajinan membuat barang-barang yang bersifat aksesoris yang dekoratif.
Produknya antara lain tempat buah, tempat tisu, kap lampu, dan sebgainya.
Di
Desa Petapahan, Kabupaten Kampar, cara mengolah bambu untuk
pembuatan tudung saji mempunyai cara tersediri yaitu :
·
Batang bambu yang diperluka adalah yang masih muda, berdiameter besar dan
beruas panjag.
·
Pohon di tebang dan di kerat-kerat sesuai ukura ruasya.
·
Bagian luar da daging bambu dibuang sehingga tinggal dibagian dalam yag telah
tipis.
·
Bagian yang tipis ini di panaskan di perapian sehingga sebagian dalam bambu
yang lain licin menjadi paring dan terkelupas dengan sendirinya.
·
Kemudian bambu dibelah sehingga menjadi lembaran yag tipis.
·
Lembaran yang tipis/paring itu dicuci dan dijemur degan panas matahari sampai
kerig agar menghasilka bentuk melengkung.
·
Setelah kering, paring tersebut dikerat-kerat sesuai dengan ukura tudung sajai
yang diinginka.
·
Paring disususun bertinding atau berlapis dan dijahit satu sama lainnya dengan
menggunakan kolindang benang hingga terbentuk bulatan cekung.
·
Pada bagian dalam dilapis dengan daun sangai mengikuti bentuk dari susunan
pahing yag sudah diikat dan di jahit.
·
Pada ujung sekeliling lingkaran diberi bingkai dari rotan yang sudah dikupas
kulitanya, da terbentuklah sebuah tudung saji.
·
Proses seterusnya adalah membuat lukisan dasar ornamet denga menggunkan alat
tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari lidi pohon enau.
Sedangkan bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan jelaga atau arag
lampu teplok/pelita.
·
Selesai diwarnai, maka jadilah tudung saji
D.
Perkembangan Seni Anyaman Bambu
Akhir-akhir
ini, warta tentang lenyapnya benda-benda bersejarah memadati dalam ruang
informasi. Karena penjualan barang-barang antik ini memang laku keras, sebab
nilai artistik serta sejarah yang tinggi turut menentukan nilai jualnya.
Minimnya penghargaan terhadap nilai sejarah bangsa ini semakin terlihat ketika
benda-benda tersebut mulai lenyap. Bahkan di Kudus, misalnya benda-benda hasil
kerajinan anyam bambu sekarang satu persatu mulai punah seiring dasarnya arus
zaman.
Caping Kudus
misalnya, simbol kebudayaan masyarakat kota Kudus ini memang sudah sangat
jarang ditemui di tempat-tempat umum, karena benda ini secara fungsional dapat
digantikan dengan benda yang lebih modern seperti hlnya topi. Sekarang benda
ini dapat kita jumpai hanya ketika ada acara resmi, seperti perayaan 17
Agustus, Upacara kehormatan dan acara kreasi seni di kota Kudus. Padahal,
dulunya benda ini sering terlihat di sawah ataupun kebun karena mayoritas
masyarakat Kudus dulunya berprofesi sebagai petani. Maka caping adalah satu-satunya
alat bagi masyarakat yang dipakai untuk melindungi diri dari sengatan matahari.
Akibatnya, banyak masyarakat Kudus khususnya di desa Jepang Pakis yang sebagian
besar memanfaatkan peluang bisnis tersebut. Akan tetapi seiring berjalannya
waktu menuju arus modernisasi, benda tersebut mulai lenyap dari peredarannya.
Demikian
pula dengan barang kerajinan anyam bambu lainnya yang juga bernasib sama yaitu
tempat nasi telah digantikan oleh ceting, ekrak telah digantikan dengan sampah
plastik, tampah telah digantikan oleh nampan dan masih banyak barang kerajinan
anyam bambu yang lainnya. Sehingga sekarang keberadaan para pengrajin anyam
bambu di Kudus turut berkurang bahkan menghilang. Jika masih ada pasti para
lansia yang masih sabar menekuni kerajinan ini. Keterbatasan kemampuan karena
bertambahnya umur juga menjadi alasan semakin menurunnya produktifitas mereka
sebagai pengrajin.
Bukan karena
perubahan zaman saja yang menyebabkan barang kerajinan anyam kurang diminati,
namun jika dilihat dari harganya, mahalnya barang kerajinan anyam yang mencapai
puluhan bahkan ratusan ribu perbuah, mungkin jadi alasan bagi masyarakat untuk
mengganti barang kerajinan tersebut dengan barang-barang yang lebih modis dan
murah. Selain dari harganya yang cukup tinggi, waktu yang cukup lama untuk
pembuatan barang kerajinan ini juga turut mempengaruhi antusiasme para
pengrajin untuk memproduksinya.
Upaya
pemerintah kota Kudus, untuk mencoba melestarikan seni anyam inipun pernah
dilakukan juga. Sempat pernah disalah satu sekolah mengadakan pelatihan seni
anyam bambu ini, yang diampu langsung oleh salah satu pengrajin anyam dari desa
Jepang Pakis, Mejobo Kudus. Namun para siswa yang mengikuti pelatihan tersebut
mengaku menyerah karena mereka tidak ada yang berhasil dengan baik, rata-rata
mereka mengeluh capek karena prosesnya terlalu lama. Dengan demikian,
bagaimanapun usaha pemerintah untuk kembali nguri-nguri budaya bangsa,
sementara anak bangsanya sendiri tidak ada yang berminat sama halnya melakukan
pekerjaan sia-sia.
Jika ditanya
mengenai keberadaan seni kerajinan di Kudus, sudah pasti tumpukan benda-benda
tak bernyawa ini juga memiliki beribu arti yang luar biasa. Namun ironisnya,
kekayaan ini lama kelamaan mulai menghilang seiring perkembangan zaman.
E. Jenis Bambu yang
Digunakan Untuk Anyaman
1. Bambu Tali
Jenis
bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya mencapai tinggi 10-20
m, berwarna hijau terang sampai kekuning-kuningan. Percabangan tidak besar.
Panjang ruas bambu tali 45 cm – 65 cm dengan diameter batang 5 cm – 8 cm.
Batang bambu yang berumur 3 – 5 tahun memiliki tebal daging dan kulit 3 mm – 15
mm(Morisco, 2005). Cabang primer tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh
cabang-cabang berikutnya. Pada buku-bukunya tampak adanya penonjolan dan
berwarna agak kuning dengan miang coklat kehitam hitaman yang melekat. Pelepah
buluhnya tidak mudah lepas dari buluhnya meskipun buluh sudah tua (Sastrapraja
et
cara
pengolahan :
1.
Bambu dipotong-potong, dibuang bagian
ruasnya .
2.
Buluh bambu kemudian dibelah belah
dengan ukuran 1,5 cm dan dijemur dibawah sinar matahari langsung selama kurang
lebih satu hari. (Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bambu yang mudah untuk
disayat tipis)
3.
Setelah dijemur satu hari, bambu disayat
tipis-tipis dengan ketebalan 1-2 mm.
4.
Sayatan tipis yang diperoleh, dijemur
dibawah sinar matahri
5.
langsung sehingga diperoleh sayatan
bambu yang cukup kering dan mudah untuk dianyam tanpa menimbulkan kerusakan
pada sayatan bambu (diperoleh kestabilan dimensi sayatan bambu).
6.
Bambu yang telah disayat tipis, kemudian
dianyam sehingga diperoleh dua jenis pola anyaman bambu, yaitu pola anyaman
kajang dan kepang yang umum digunakan dimasyarakat. Anyaman dibuat dengan
ukuran 50 cm x 50 cm dengan variasi dua jenis bagian bambu yaitu kulit dan
daging bambu.
F. Alasan
Bambu Digunakan Untuk Anyaman
Bambu adalah tanaman jenis
rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak
tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu
merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat karena memiliki
sistem rhizoma-dependen unik, (Wikipedia). Beberapa keunggulan bambu :
1.
Mudah ditanam dan tidak
memerlukan pemeliharaan khusus.
2.
Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan
investasi yang besar, setelah tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh
secara menerus tanpa menanam lagi.
- Secara fisik memiliki kelebihan yaitu serat
panjang dan rapat, lentur tidak mudah patah, dinding keras dan sebagainya.
Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa pertumbuhan
vegetatifnya merupakan tercepat dan tidak ada tanaman lain yang sanggup
menyamainya. Dari beberapa hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan
vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm per 24 jam,
tergantung dari jenisnya. Sebuah keajaiban pertumbuhan yang tidak dapat
ditemukan pada tanaman lain.
- Budidaya
bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan
tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.
- Memiliki ketahanan yang luar biasa, Sebagai contoh : rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih bertahan hidup.
G. Teknik –
teknik Anyaman Bambu
Inilah teknik-teknik anyaman tersebut:
·
Anyaman tunggal.
Teknik anyaman tunggal adalah teknik di mana bambu
dianyam satu-satu (secara tunggal). Teknik ini digunakan untuk membuat
benda-benda seperti saringan, tampan, cerangka, dan lain-lain.
·
Anyaman bilik.
Teknik anyaman bilik adalah teknik di mana bambu dianyam secara silang
berurutan (dua-dua). Teknik ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti
bilik, nyiru, dan lain-lain.
·
Anyaman teratai. Teknik anyaman
teratai membuat kerajinan anyam yang dibuat memiliki bentuk akhir yang artistik
dan indah. Biasanya teknik unik ini digunakan dalam membuat bilik, agar bilik
terlihat lebih indah dan menarik.
·
Anyaman bunga cengkih. Teknik
anyaman seperti ini dapat dijumpai pada benda-benda seperti kipas, kecempeh
atau tolok, sangku, dan lain-lain.
Teknik Anyaman membentuk motif
Motif anyaman bambu juga didapat dari teknik anyaman yang
berbeda-beda. Teknik anyaman terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Anyaman Tegak
Pada
teknik ini lusi tegak lurus dengan penganyam, sedangkan pakan sejajar dengan
orang yang menganyam.
2. Anyaman Serong
Pada
teknik ini lusi dan pakan terletak tegak lurus. Letaknya menyimpang 45 derajat
ke kanan dan kiri orang yang menganyam. Untuk membedakannya digunakan istilah
irka ( iratan ke kanan) dan irki (iratan ke kiri).
3. Anyaman Kombinasi
4. Anyaman Membelit
Teknik
ini dilakukan dengan membelitkan lusi dan pakan secara bergantian.
5. Anyaman Pita
Teknik
ini membuat sifat anyaman memanjang ddan dibuat dengan membentuk jalur pita.
6. Anyaman Melingkar
Teknik
ini menjadikan lusi sebagai jari-jari lingkaran. Sedang pakan berbentuk
melingkar dari pusat ke luar.
H.
Contoh Contoh Anyaman Bambu
1. Bingga/tonda
Dalam
bahasa Indonesia disebut 'Bakul', Adalah anyaman ini terbuat dari batang bambu
yang sudah di potong, dibelah dan di iris sesuai ukurannya kemudian dianyam
sedemikian rupa hingga membentuk sebuah bakul.
Secara teknis, bakul bisa dibuat baik dalam ukuran
yang besar ataupun kecil sesuai keinginan pembuatnya. Manfaat dari bakul ini
adalah bisa mengisi/menyimpan benda - benda apa saja, seperti hasil komoditi
dan lain sebagainya. Selain itu, dalam tradisi adat seperti ‘posusa’
(partisipasi dan sumbangsi untuk keluarga besar), bakul juga kerap digunahkan
sebagai tempat menyimpan gabah atau beras untuk diantarkan kepada penyelenggara
acara misalnya perkawinan, kematian dan sebagainya. Salah satu keunikan yang
tidak akan pernah bisa ditiruh oleh masyarakat manapun didunia adalah mana kala
Para masyarakat menjunjung bakul dikepalanya meskipun tidak dipegang, bakul itu
seolah tidak mau beringsut dan tidak terjatuh dari kepala orang yang sedang
menjunjungnya. Suatu keunikan yang tidak terduga oleh siapapun, memang hal ini
terkesan enteng namun jika belum biasa, siapapun tidak akan bisa meniruhnya.
2. Tapi
Kalau
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya Nyiru. Alat ini juga terbuat
dari Bambu yang dianyam dan bermanfaat untuk menampi/menyaring beras supaya
bisa dimasak. Kidhe juga sering dijumpai di daerah lainnya seperti pulau Jawa,
Sumatera, Bali dan lain - lain. Meski demikian, tentunya semua memiliki bentuk
dan kualitas yang sedikit berbeda tergantung pembuatannya. Beberapa dekade
terakhir, alat ini sudah berkembang dan dimodifikasi serta dibuat dengan
plastik.
3. Toru
Dalam
bahasa Indonesia disebut 'Topi'. Biasanya dibuat dari daun lontar yang sudah
dikeringkan. Masyarakat Sulawesi tengah kerap memanfaatkan topi untuk
melindungi kepala dari terik matahari. Model Topi yang dibuat bersayap lebar
adalah contoh yang dibawahkan bangsa Portugis di tanah Flores. Pada mulanya,
jenis topi yang bersayap lebar ini adalah terbuat dari kulit binatang oleh para
Koboi Amerika Latin beberapa abad yang lalu, hingga akhirnya dibuat dari daun
Lontar oleh masyarakat Sulawesi tengah sesuai dengan ciri khas masyarakat
setempat. Dalam kurun waktu beberapa dekade belakangan ini, Topi menjadi Icon
dan Trend pergaulan anak muda masa kini dengan model yang sangat variatif.
4. Ompa atau 'Tikar'.
4. Ompa atau 'Tikar'.
Ini
adalah anyaman yang terbuat dari semacam Daun Rami yang biasa tumbuh di
pinggiran kali. Tentu tikar bermanfaat untuk alas tidur didalam rumah ataupun
diluar rumah. Tikar dibuat sangat bervariasi karena dapat juga diwarnai
menggunakan pewarna pakaian. Sama seperti 'Bakul', Tikar juga dibawah oleh
bangsa Melayu ketanah kaili beberapa abad silam.
Selain benda - benda kerajinan tangan yang disebutkan diatas, beberapa tahun terakhir ini para masyarakat Sulawesi tengah juga sudah mengembangkan hasil karyanya seperti; Dompet, Tas dan Souvenir - souvenir lainnya untuk dijual. Hanya saja semua itu masih terkendala masalah kekurangan dana untuk bisa bersaing dikanca Nasional maupun Internasional. Jika saja pemerintah setempat dapat melihat dan melirik peluang ini, bukan tidak mungkin, ini bisa menjadi andalan untuk menunjang daerah Sulawesi tengah sebagai Icon Wisata nasional.
Selain benda - benda kerajinan tangan yang disebutkan diatas, beberapa tahun terakhir ini para masyarakat Sulawesi tengah juga sudah mengembangkan hasil karyanya seperti; Dompet, Tas dan Souvenir - souvenir lainnya untuk dijual. Hanya saja semua itu masih terkendala masalah kekurangan dana untuk bisa bersaing dikanca Nasional maupun Internasional. Jika saja pemerintah setempat dapat melihat dan melirik peluang ini, bukan tidak mungkin, ini bisa menjadi andalan untuk menunjang daerah Sulawesi tengah sebagai Icon Wisata nasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Seni anyaman bambu adalah proses
menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun
yang kuat dan boleh digunakan.
2.
Jenis bambu yang paling baiuk digunakan
untuk menganyam adalah bambu tali.
3.
Untuk membuat anyaman bambu, diperlukan
teknik teknik seperti teknik anyaman tunggal, teknik anyaman bilik, teknik
anyaman teratai, teknik anyaman bunga cengkih
4.
Sejak munculnya barang-barang produk modern, barang
hasil kerajinan anyam bambu tergeser
dari pasaran sehingga menyebabkan pendapatan masyarakat mengalami penurunan
5.
Harga bahan baku yang kian melambung tinggi menjadi
kendala utama dalam penyediaan bahan baku.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
ijin copas ya mbak
BalasHapus